Jumat, 03 Oktober 2008

kebudayaan makassar

kebudayaan makassar



Sulawesi Selatan Adalah salah satu pulau yang berada dalam naungan NKRI, yang dulunya dikenal dengan nama celebes, dimana masyarakatnya hidup dalam berbagai keragaman tradisi adat dan budaya.
Jika masyarakat luar mengenal Sulawesi selatan, dengan suku bugis dan makassar, namun lain halnya jika kita telah menginjakan kaki di pulau yang letaknya berada ditengah-tengah kepulauan indonesia ini.Di daratan sulawesi selatan, tentunya dihuni dengan berbagai suku yang tentunya memiliki beraneka ragam tradisi adat dan budaya, dimana masing masing daerah memiliki tradisi adat yang berbeda-beda.
Di tana ugi atau lebih dikenal dengan tana bugis, memiliki beraneka ragam tradisi adat dan budaya, dimana tana ugi, mencakup daerah, maros, soppeng, sidrap, bone, sinjai, pinrang, pangkajene, barru, pare-pare, wajo, bulukumba dan bantaeng.Sementara suku makassar, atau dikenal dengan sebutan mangkassara, juga memiliki tradisi dan keaneka ragaman budaya, jika kita perpedoman dari bahasa yang digunakan sehari-hari masyarakatnya, maka empat daerah yang bahasanya mirip yaitu, daerah jeneponto, takalar, gowa dan makassar.Selain suku bugis-makassar, disulawesi selatan, juga ada daerah yang mempunyai bahasa, tradisi dan adat istiadat yang berbeda, yaitu luwu dan tana toraja.Masyarakat tana toraja, memiliki bahasa dan tradisi adat yang jauh berbeda dari masyarakatsukubugisdanmakassar.


Sementara di tana luwu yang kini telah dimekarkan menjadi empat kabupaten, yaitu luwu, luwu utara, luwu timur, dan kota palopo. masyarakatnya menggunakan bahasa sehari-hari yaitu bahasa luwu, yang pengucapan dan intonasinya, sedikit ada kemiripan dengan bahasa toraja.Namun sebagian juga masyarakat luwu mengunakan bahasa bugis, diluar dari penduduk jawa, bali, dan madura, serta flores, yang didatangkan ketana luwu dalam program pemerintah yang disebut transmigasi, dan kini juga suda mulai banyak bermukim ditana luwu, khususnya di daerah luwu timur dan luwu utara.Lain halnya di kabupaten enrekang, bahasa sehari-hari masyarakatnya, juga memiliki dialek yang berbeda dari bahasa daerah lain, dimana bahasa yang masyarakat masenreng pulu gunakan, adalah perpaduan antara bahasa toraja danbugis. hal ini mungkin diakibatkan karena daerah enrekang, letaknya berada ditengah-tengah atau perbatasan antara kabupaten pinrang, yang mana masyarakatnya menggunakan bahasa bugis, dan perbatasan kabupaten tana toraja, di mana masyarakatnya sangat kental menggunakan bahasa toraja.Dengan banyaknya daerah di sulawesi selatan, tentunya daerah ini dihiasi dengan beraneka ragam tradisi adat dan budaya, yang selalu di tuangkan oleh masyarakat dengan kreativitas seni musik dan tradisional.
Mengenal watak orang Bugis MakassarMANUSIA PERASA YANG DIKIRA KASARSuku Bugis Makassar dikenal penaik darah, suka mengamuk, membunuh dan mau mati untuk sesuatuperkara, meski hanya masalah sepele saja. Apa sebab sehingga demikian? Ada apa dengan jiwakarakter suku bangsa ini?Tidak diketahui apa sebab orang Bugis Makassar terpaksa membunuh atau melakukan pertumpahan darah,biarpun hanya perkara kecil. Jika ditanyakan kepada mereka apa sebabnya terjadi hal demikian,jarang bahkan tak satupun yang dapat menjawab dengan pasti –sehingga dapat dimengerti denganjelas- apa penyebab ia menumpahkan darah orang lain atau ia mau mati untuk seseorang.Ahli sejarah dan budaya menyarankan untuk mengenal jiwa kedua suku bangsa ini lebih dekat lagidengan cara mempelajari dalil-dalil, pepatah-pepatah, sejarah, adat istiadat dankesimpulan-kesimpulan kata mereka yang dilukiskan dengan indah dalam syair-syair ataupantun-pantunnya.Laksana garis cahaya di gelap malam, apabila kita selidiki lebih mendalam, tampaklah bahwakebanyakan terjadinya pembunuhan itu ialah lantaran soal malu dan dipermalukan. Soal malu dandipermalukan banyak diwarnai oleh kejadian-kejadian yang dilatari adat yang sangat kuat. Sebutsaja satu, silariang (kawin lari) misalnya, atau dalam bahasa Belanda: Schaking.Apabila seorang pemuda ditolak pinangannya, maka ia merasa malu. Lalu ia berdaya upaya agar sanggadis pujaan hati Erangkale (si gadis datang membawa dirinya kepada pemuda), atau si pemuda ituberusaha agar gadis yang dipinangnya dapat dilarikannya (silariang). Apabila hal ini terjadi, makadengan sendirinya pihak orang tua (keluarga) gadis itu juga merasa mendapat "Malu Besar" (MateSiri'). Mengetahui anak gadisnya silariang, segera digencarkan pencarian untuk satu tujuan:membunuh pemuda dan gadis itu! Cara ini sama sekali tidak dianggap sebagai tindakan yang kejam,bahkan sebaliknya, ini tindakan terhormat atas perbuatan mereka yang memalukan. Oleh orang BugisMakassar menganggap telah menunaikan dan menyempurnakan salah satu tuntutan tata hidup darimasyarakatnya yang disebut adat.Selain itu, kedua suku Bugis Makassar tersohor sebagai kaum pelaut yang berani sejak dahulukalahingga sekarang. Sebagai pelaut yang kerap 'bergaul' dan akrab dengan angin dan gelombang lautan,maka sifat-sifat dinamis dari gelombang yang selalu bergerak tidak mau tenang itu, mempengaruhijiwa dan karakter orang Bugis Makassar. Ini lalu tercermin dalam pepatah, syair atau pantun yangberhubungan dengan keadaan laut, yang kemudian memantulkan bayangan betapa watak atau sifat keduasuku bangsa itu. Contoh salah satu pantun:Takunjunga' bangung turu'Nakugunciri' gulingkuKualleangna talaanga natoliaArtinya: "saya tidak begitu saja mengikuti arah angin, dan tidak begitu saja memutar kemudi saya.Saya lebih suka tenggelam dari pada kembali." Maksudnya, kalau langkah sudah terayun, berpantangsurut –lebih suka tenggelam- daripada kembali dengan tangan hampa.Jadi kedua suku bangsa ini memiliki hati yang begitu keras. Tapi, benarkah begitu? Justrusebaliknya, orang Bugis Makassar memiliki hati yang halus dan lembut. Dari penjelasan di atasnampaklah bahwa kedua suku bangsa ini lebih banyak mempergunakan perasaannya daripada pikirannya.Ia lebih cepat merasa. Begitu halus perasaannya sampai-sampai hanya persoalan kecil saja dalamcara mengeluarkan kata-kata di saat bercakap-cakap, bisa menyebabkan kesan yang lain padaperasaannya, yang dapat menyebabkan kesalahpahaman.Tapi, kalau kita telah mengenal jiwa dan wataknya atau adat istiadatnya, maka kita tengahberhadapan dengan suku bangsa yang peramah, sopan santun, bahkan kalau perlu ia rela mengeluarkansegala isi hatinya –bahkan jiwanya sekalipun- kepada kita.Jika ada orang Makassar telah mengucapkan perkataan "Baji'na tau" atau "Baji'tojengi tau I Baso"(maksudnya: Alangkah baiknya orang itu atau alangkah baik hati si Baso), maka itu cukup menjadisuatu tanda, bahwa apabila ada kesukaran yang akan menimpa si Baso, maka ia rela turutmerasakannya. Ia rela berkorban untuk kepentingan si Baso.Apabila ada seseorang yang hendak mencelakai atau menghadang si Baso di tengah jalan, jikadidengarnya kabar itu, maka ia rela maju lebih awal menghadapi lawan itu, meski tidak dimintaibantuannya. Ia mau mati untuk seseorang, dikarenakan orang itu telah dipandangnya sebagai orangbaik. Olehnya, orang Bugis Makassar dikenal sebagai orang yang setia, solider dan kuat pendirian.Meski tak jarang yang memplesetkan kata Makassar sebagai "Manusia Kasar".

Tidak ada komentar: